Jumat, 05 Agustus 2011

Veteran Prihatin

Abdul Rahman Lubis
Sumut
- Jumat, 05 Agt 2011 01:14 WIB

Sidikalang, (Analisa). Beberapa anggota DPC LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia) Kabupaten Dairi mengaku prihatin melihat tingkah oknum elit di negara ini. Perilaku orang tertentu dipandang melenceng dari cita-cita proklamasi kemerdekaan.
Abdul Rahman Lubis (82) Ketua DPC LVRI Kabupaten Dairi didampingi anggota Tunggul Marbun (79), Ringkon Marbun (68), Mula Siburian (81) dan Albert Tambunan (81) di Sidikalang, Kamis (4/8) mengatakan, sajian media massa tentang lakon oknum elit politik dan birokrasi membuat rakyat bingung. Semua merasa benar dan bekerja demi rakyat tetapi realitanya, terlibat perseteruan tidak sehat. Cuplikan perkelahian dan kasus lain yang menimpa intelektual bangsa menggambarkan komitmen terhadap negeri patut dipertanyakan.

Sepertinya, terjadi degradasi moral. "Kami yang berjuang mati-matian di bawah desingan peluru kolonial, mereka enak saja melempar isu macam-macam. Rakyat lelah. Ironi sekali. Mengisi kemerdekaan justru dengan sikut-sikutan".

Apa tidak aneh jika anggota DPR berkelahi ditonton rakyat? Bagaimana bangsa ini mengejar ketertinggalan bila penentu nasib bangsa tak mampu menunjukkan keteladanan, ujar Abdul Rahman.

Tunggul Marbun menyebut kian miris seiring mengemukanya kasus korupsi. Sebentar-sebentar kepala daerah, menteri hingga mantan menteri ditangkap lantaran terlibat dugaan korupsi. Besok-besok anggota dewan juga diseret.

Albert Tambunan mengutarakan, saat ini terjadi kesenjangan ekonomi sedang nilai sosial kian menipis. Patut dikejar bagaimana mungkin seorang pejabat bisa mempunyai uang milliaran hingga triliun rupiah? Sehubungan itu, hukum harus ditegakkan. Jadikan panglima. Oknum elit, sepatutnya berani bertanggung jawab kala dikabarkan terbelit kasus. Bukan sebaliknya lari dari kejaran.

Para pejuang kemerdekaan ini menyebut, melemahnya kondisi bangsa juga terkait erat dengan kemudahan mendirikan partai politik. Jumlah parpol saat ini sudah terlalu banyak. Akibatnya, semua bisa ngomong melalui lembaga masing-masing. Terkadang, ia harus membuat keputusan walau menentang kata hati. Itu dilakukan demi loyalitas. Kalau tidak, bakal didepak.

Dipaparkan, jumlah 10 partai di era orde lama kala kabinet dipimpin Soekarno juga terlalu jamak. Pengambilan kesimpulan dipastikan rumit. Apalagi kalau 45 parpol. Mereka berpadangan, jumlah partai maksimal lima. Namun kunci terpenting, cinta tanah air secara jujur mesti ditumbuhkan. Tanamkan nasionalisme, jangan mencari-cari kesalahan orang lain.

Begitu pun, veteran mengutarakan, tindakan pro rakyat telah banyak dilaksanakan pemerintah. Hal itu diukur dari ragam pembangunan. Kata Abdul Rahman, sekolah-sekolah sudah baik, jalan hingga ke desa tersedia, aspek kesehatan terpenuhi.

Tunggul Marbun mengutarakan, lompatan pembangunan di Malang Jawa Timur jauh meninggalkan Sumatera Utara. Di sana, pebukitan dikelola secara teratur, lalu lahan datar difokuskan bagi perumahan. Jalan tampak serba mulus tanpa lubang. Sementara di Sidikalang, masih memprihatinkan. (ssr)

www.analisadaily.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar