Jumat, 05 Agustus 2011

Mahasiswa Turunkan Paksa Merah Putih di Kantor Bupati Dairi


Sumut - Hari ini Pkl. 02:19 WIB


(Analisa/sarifuddin siregar)
Anggota Polres Dairi terlibat ketegangan dengan pemuda menyusul penurunan bendera merah putih di Kantor Bupati Dairi di Sidikalang, Jumat (5/8). Pemuda melakukan aksi itu sebagai ekspresi atas dugaan ucapan oknum anggota Polres Bharat beberapa hari lalu yang dinilai tidak etis.



Sidikalang, (Analisa). Aksi damai sekitar 30 an pemuda mengaku dari Forum Pemuda Mahasiswa Pakpak di depan kantor Bupati Dairi di Sidikalang, Jumat (5/8) sore berakhir ricuh.
Mereka menurunkan bendera merah putih tanpa izin. Hal itu spontan membuat anggota Polres Dairi mengambil sikap menghentikan kegiatan. Bendera putih itupun diambil alih petugas guna diamankan. Para anggota TNI AD juga berjaga mengantisipasi kemungkinan lain.

Kedatangan pemuda itu diarahkan untuk menyatakan sikap, mengutuk tindakan oknum anggota Polres Pakpak Bharat terkait dugaan pelecehan etnis. Semula, kegiatan itu tidak terlalu mendapat perhatian masyarakat. Apalagi, suasana kantor pemerintahan di sana tergolong sepi.

Hartono Maha berorasi mendesak pihak berkompeten di negeri ini memecat oknum polisi atas ucapan tidak etis. Pemuda itu membawa dua spanduk cetakan besar berikut sejumlah karton berisi kalimat protes.

Beberapa saat berselang, fokus bergeser hingga menurunkan bendera. Dan, hal itupun dilakukan. Namun saat penurunan bendera kebangsaan, tembang putus. Sejumlah petugas menyaksikan lakon tersebut.

Hartono Maha menyebut, aksi tersebut merupakan ekspresi kekecewaan menyusul perkataan oknum polisi Pakpak Bharat. Diakui, semula poin itu tidak masuk dalam agenda. Itu spontanitas dan awalnya hanya setengah tiang. Atas perbuatan itu, polisi sempat membawa Ali Berampu ke Mapolres.

Seterusnya, terjadi ketegangan antara polisi dan mahasiswa. Suara keras kian menggema ketika orang di luar mahasiswa turun tangan memberi dukungan. Kedua pihak terlibat perang mulut. Lalu, Lumban gaol dari kepolisian mengeluarkan perintah agar oknum diduga membuat keributan dibawa.

Seorang anggota LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia) berusia 80 taun lebih menyaksikan adegan perang mulut. Suasanapun berubah panas. Veteran ini mengaku kecewa atas tindakan mahasiswa. Bukan seperti itu cara menyampaikan aspirasi. Bendera tidak boleh diturunkan sembarangan, ujar tokoh berdomisili di Jalan Sisingamangaraja itu.

Emosi mulai menurun kala Kapolres, AKBP Yustan Alpiani datang ke tengah massa. Dia menjelaskan, tidak ada hubungan langsung statemen mahasiswa terhadap penurunan bendera.

Seorang pemuda mengaku marga Bancin asal Pakpak Bharat kemudian memaparkan kondisi dimaksud sebagaimana terjadi tanggal 22 juli kemarin di Tinada.

Katanya, hari itu terjadi pertandingan sepak bola. Tim polisi kalah melawan warga. Tanpa alasan jelas, warga dipukul di tempat lain. Belakangan mengembang pernyataan bahwa oknum polisi melontarkan kata pelecehan menyangkut etnis.

Menurut Bancin, belum dapat dipastikan apakah polisi, benar melontarkan kata-kata itu. Mahasiswa lainnya kemudian menunjukkan 2 surat keterangan saksi seputar dugaan penghinaan. Namun, ketika Kapolres meminta dimana penandatangan lembaran itu. Tetapi, mahasiswa tidak dapat menghadirkan.

Begitupun, Kapolres memilih langkah persuasif. Dia membubarkan aksi dan mengingatkan, pemuda seyogianya menyampaikan secara arif. Tidak ada hubungan ketidakpuasan di Pakpak Bharat terhadap penurunan bendera di Sidikalang.

Kepada wartawan, Kapolres berharap, kelemahan pemuda tidak terulang. Bulan ramadhan dipintakan dijadikan momen membina harmoni. Erwin Sitohang Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Dairi menyesalkan tindakan tadi. (ssr)


Disiarkan di harian Analisa edisi Sabtu tgl 6/8/2011
www.analisadaily.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar