Jumat, 20 Mei 2011

Pelayanan RSU Sidikalang Dinilai Buruk




BEBAS BERTAMU: Berbagai pihak mengeluhkan kualitas layanan RSU Sidikalang Kabupaten Dairi. Kebersihan dan fasilitas jauh dari kewajaran. Pengunjung juga bebas bertamu bagai pasar tradisional. Di sana warga leluasa merokok, Rabu (18/5). (Analisa/sarifuddin siregar)



Cetak

Email

Sidikalang, (Analisa)

Kualitas layanan RSU (Rumah Sakit Umum) Sidikalang dinilai buruk. Penilaian itu disampaikan Martua Nahampun anggota fraksi Partai Demokrat DPRD Kabupaten Dairi, Rabu (18/5) menyusul derita yang menimpa putranya, Ferdinan Nahampun (16).

Dijelaskan, Ferdinan telah menjalani perawatan selama sebulan di lembaga pemerintah itu. Tulang bahu patah akibat ditabrak mobil. Kesembuhan tak kunjung dirasakan. Bahkan, putranya justru mengalami kelainan dimana pen atau besi yang dimasukkan di organ tubuh tertengok timbul. Suhu tubuh naik drastis membuat anak demam tinggi.

Ketika kasus itu ditanyakan kepada dokter, tenaga medis menjawab, tidak apa-apa. Itu biasa. Spontan saja ia geram hingga perang mulut dengan dokter spesialis tak terhindar. Persoalan itu kemudian dilimpahkan kepada Direktur, dr Daniel Sinaga. Dan kembali, jawaban mengecewakan ia terima. "Kualitas pelayanannya sangat jelek" ujar Nahampun kepada wartawan. Dia menduga, putranya jadi kelinci percobaan. Ia khawatir si buah hati korban malpraktek. Makanya, ketimbang makin parah, ia memutuskan merawat ke Medan. Kalau kepada anggota dewan saja sudah seperti itu, bagaimana pula terhadap warga miskin? Diungkapkan, kendati keluarga terdaftar sebagai pasien askes, petugas tetap melakukan pengutipan berdalih kapas sudah habis. Berapa pungli yang diraup bila kepada setiap pasien dibikin seperti itu?

Nahampun mengungkap adanya ajang bisnis di sana khususnya pasien bersalin. Disebutkan, pasien ditawarkan "benang cantik" dengan harga mencekik kala mengikuti persalinan. Kaum awam, tentunya tidak berdaya menolak walau sesungguhnya mereka ditanggung askes atau jamkesmas.

Dr Daniel Sianturi Direktur RSU Sidikalang belum berhasil dikonfirmasi. Kata staf, sedang ada urusan, mungkin ke kantor bupati. Kepala Tata Usaha, dr Frida Turnip membenarkan adanya keributan antara direktur dengan Nahampun. Frida berpendapat, mutu layanan jauh lebih baik di banding hari-hari sebelumnya. Direktur selalu memberi petunjuk seputar tata cara komunikasi. Bila masyarakat menilai buruk, itu hak mereka.

Dari pembicaraan bersama dokter bersangkutan, kata Frida, penanganan terhadap Ferdinan sudah baik. Ia menepis dugaan malpraktek. Namun tentang kondisi kamar mandi, diakui memang jorok. Atas informasi pengenaan biaya tambahan relatif mahal untuk persalinan, diakuinya kerap dibicarakan dalam rapat internal.

Pasien askes dan jamkesmas seharusnya diurus sesuai standar. Ngaak pakai istilah "benang cantik". Pasang saja benang standar. Toh berfungsi dan sehat. Tidak wajar diajukan pilihan untuk memperoleh biaya tambahan. Kalau pasien umum, terserahlah.

Pantauan lapangan, kondisi pusat kesehatan dimaksud tergolong jorok. Air kotor dibiarkan berserak di bawah kursi di ruang tunggu pintu utama. Keluarga dan tamu pasien bebas keluar masuk berikut suara bising bagai pasar tradisional. Tidak terdengar tegur sapa petugas kepada pengunjung. (ssr)

Dimuat di Harian Analisa tgl 20 mei 2011

www.analisadaily.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar