Rabu, 22 Juni 2011

Pembangunan Jalan Nasional di Sidikalang Terkesan Mubazir

TERKESAN MUBAZIR: Jalan nasional di Panji Sibura-bura Sidikalang Kabupaten Dairi sedang diperbaiki. Padahal, rehab total telah dilakukan dua tahun lalu. Kegiatan tersebut terkesan boros. Di titik tertentu, campuran hotmix ditabur tanpa membuang konstruksi yang retak, Selasa (21/6). (Analisa/sarifuddin siregar)


Sidikalang, (Analisa)

Anggota DPRD Sumatera Utara daerah pemilihan Kabupaten Dairi, Karo dan Pakpak Bharat, Richard Eddy M Lingga SE mempertanyakan dasar rehab total ruas jalan nasional di Sidikalang Kabupaten Dairi. Kegiatan dimaksud yakni pemasangan hotmix ulang di sekitaran jalan Pahlawan Panji Subura-bura.

Diutarakan, ruas itu telah dikerjakan dua tahun lalu. Karenanya, kurang etis jika sekarang kembali dilapis total. Jika sifatnya pemeliharaan yaitu pembenahan di titik tertentu, sudah barang pasti dapat dimaklumi. Dan demikian sepatutnya.

“Proyek itu terkesan pemborosan anggaran.Mubazir... Masih relatif mulus dipermak lagi. Sensifitas oknum pengusul pekerjaan terkesan rendah ” ujar Richard anggota fraksi partai Golkar melalui telepon selluler, Selasa (21/6).

Menurutnya, banyak ruas jalan nasional di jalur itu rusak parah. Akses transportasi Pakpak Bharat-Aceh Singkil di Nanjombal, Dairi-Aceh Tenggara di Desa Kutabuluh dan Desa Butar maupun di lintasan Kabupaten Dairi adalah sampel yang membutuhkan penanganan mendesak. Di letter “S” hingga Simpang Tiga Kecamatan Sitinjo, kata dia, air mengaliir bagai sungai kala hujan. Lapisan aspal terkikis habis. Secara fisik, tidak layak lagi dikategorikan jalan nasional. Lebih identik jalan logging untuk pemakaian sendiri.

Pantauan wartawan, di sekitar areal pekerjaan terpajang papan merek menerangkan ragam uraian. Konstruksi ditangani oleh PT Yudha Karya bersama konsultan PT Esconsoil Ensan. Alokasi dana Rp 2.235.057.000 bersumber dari APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara). Kegiatan berada di bawah naungan SKPD TP Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Sumut.

Namun demikian, patut diduga pekerjaan tersebut terkesan asal jadi. Atau memang, instansi teknis tidak melakukan peninjauan lapangan secara optimal tentang realita. Pasalnya, di depan Kantor Dinas Pertanian hingga beberapa meter ke arah timur, lapisan lama yang retak memanjang tidak dikorek sebelum dipasang campuran baru. Kondisi rusak tersebut dibiarkan diikuti penyiraman aspal cair, lalu ditutup memakai hotmix.

Seorang staf berkantor di instansi teknis ini mengutarakan, bila titik tertentu retak atau pecah-pecah maka perlu dikorek lalu dibuang. Bila tidak dilakukan demikian, kemungkinan besar terkait keterbatasan dana. (ssr)


www.analisadaily.com

Disiarkan di Harian Analisa Edisi Rabu tgl 22/6/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar