Selasa, 21 Juni 2011

Wabah Penyakit Malaria di Lae Maromas Terkendali





PENGENDALIAN MALARIA: Richard Eddy M Lingga anggota DPRD Sumut menyampaikan sejumlah bantuan dari Dinas kesehatan Sumut guna pencegahan penyakit menular di Dusun Lae Maromas Desa Lae Haporas Kecamatan Siempat nempu hilir Kabupaten Dairi, Sabtu (18/6). Sebelumnya, daerah ini ditetapkan status Kejadian Luar Biasa. Dua orang korban meninggal dunia dan puluhan terinfeksi. (analisa/sarifuddin siregar)



Sidikalang, (Analisa)

Wabah penyakit malaria di Dusun Lae Maromas Desa Lae Haporas (bukan Desa Lae Luhung-red) Kecamatan Siempat nempu hilir relatif terkendali. Warga mulai tidur lelap tanpa gangguan berarti. Suasana masyarakat kembali tenang. Aktivitas berjalan normal seperti sedia kala.

Serangan penyakit malaria yang menimbulkan kepanikan sudah teratasi, kata Gussang Sinurat bersama sejumlah penduduk, Sabtu (18/6) saat menerima kunjungan kerja Richard Eddy M Lingga anggota fraksi Partai Golkar DPRD Sumatera Utara di permukiman terisolir tersebut, Sabtu (18/6). Gussang mengutarakan, Bupati Dairi, KRA Johnny Sitohang Adinegoro sangat respons terhadap derita di sana kendati sarana transportasi tidak memadai sebab jalan hanya berupa tanah liat yang kehilangan bentuk. Kalau bukan double cabin, lintasan itu takkan bisa dilalui. Kedatangan Johnny bersama tim, Minggu (12/6) diikuti tindakan pencegahan sudah berhasil mencegah jatuhnya korban baru.

Ngolu Sinaga menjelaskan, rombongan tersebut melakukan fogging, tes darah, chek dahak dan pembagian obat. Selang beberapa jam, suhu badan kembali tenang. Tegang di leher pun hilang. Namun demikian, Ramlan Simbolon (45) mengeluhkan, nafas serasa sesak dan kepala pening dan mau muntah pasca konsumsi obat bantuan pemerintah itu. Tiapul Munthe mengatakan, kakaknya Osmina Munthe (49) justru mengalami pembengkakan badan hingga sukar bergerak setelah menelan obat itu.

“Sudah beberapa hari, kakak saya tak bisa jalan. Ia tergeletak. Badannya bengkak setelah diberi obat” ujar Osmina. Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi berpendapat, gangguan itu bersifat temporer. Memang bahan tersebut punyak efek samping.

Richard didampingi Kepala Puskesmas Sopobutar, dr Imelda Sitompul menyebut, Dinas Kesehatan Sumut juga amat tanggap terhadap kasus itu. Berbagai peralatan dan obat segera dikirim pasca penetapan status KLB (Kejadian Luar Biasa) oleh Bupati. Sedang perannya, mendorong instansi teknis mencurahkan kemampuan hingga problema itu benar-benar teratasi. Richard menyarankan urgensi penelitian tentang habitat malaria falcifarum sekaligus pemberantasan bibit penyakit agar tidak tertular ke dusun tetangga.

Secara simbolis, Richard menyerahkan kelambu, makanan tambahan ASI (air susu ibu) dan material lain kepada penduduk Desa Lae Haporas. Masyarakat Desa Lae Luhung yang berbatasan dengan Lae Maromas berharap pencegahan juga kebagian pencegahan. Tidak tertutup kemungkinan, organisme berpindah tempat. Demi optimalisasi tugas Dinas Kesehatan kabupaten, peralatan berupa spraycand turutdiserahkan.

Guna memastikan pengendalian sudah optimal, tim Dinas Kesehatan Sumut masih tinggal di lokasi. Tim tersebut beranggotakan Halik Hadi SKM penanggung jawab penyakit malaria, Mizuar SKM Mkes penanggung jawab surveylance dan Karyo Sihotang SKM penanggung jawab entomologi.

Sebagaimana dikabarkan, akhir mei kemarin dua penduduk direnggut penyakit ini. Pasca inspeksi mendadak Bupati, tiga warga dirujuk ke RSU Sidikalang seiring kondisi kronis. Dalam waktu dekat, pengidap itu sembuh seiring sejumlah darah sudah didonasi. (ssr)

www.analisadaily.com

Disiarkan di Harian Analisa edisi Senin tgl 20/6/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar