Kamis, 16 Juni 2011

KLB Malaria, Mayoritas Wajah Warga Dusun Lae Maromas sudah Pucat


PDF Cetak Email
Sidikalang, (Analisa)

Bupati Kabupaten Dairi, KRA Johnny Sitohang Adinegoro mengharap Dinas Kesehatan Sumut sebagai instansi teknis segera menurunkan tenaga ahli dan peralatan berikut obat guna mengatasi KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit malaria di daerah ini.

Hal itu disampaikan Johnny kepada wartawan di Sidikalang pasca penanggulangan darurat terhadap wabah yang terjadi di Dusun Lae Maromas Desa Lae Luhung Kecamatan Siempat nempu Hilir.

Rencanaya memang hari ini tim dari Dinkes Sumut akan datang. Tetapi, kalau dukungan peralatan juga terbatas, buat apa? Toh, penanganan sederhana juga telah diadakan berupa fogging permukiman dan test darah serta pembagian obat. Kita butuh untuk pengendalian permanen.

Kehadiran petugas dimaksud sangat urgen guna penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Diutarakan, kondisi kehidupan di sana sangat memprihatikan. Sebagian besar wajah masyarakat mulai dari anak-anak hingga lanjut usia terlihat pucat. Masyarakat lesu kurang bergairah.

Beberapa di antaranya tak kuat lagi mengayuhkan kaki. Bahkan, ada mengidap komplikasi TB paru (TBC-red). Bagaimana tidur nyenyak kalau suhu badan panas dingin? Seiring itu, tim dipintakan meluncur sembari membawa peralatan mutakhir.

Dari hasil wawancara, ujar Johnny, wabah dimaksud bukan barang baru. Serangan itu telah berlangsung lama hingga merenggut beberapa korban jiwa. Hanya saja, keterisoliran membuat mereka tidak punya akses melaporkan derita kepada pemerintah.

Perkampungan itu belum dapat dilintasi kendaraan roda empat. Jaringan telekomunikasi juga belum terjangkau. Tingkat penyebaran penduduk tergolong tinggi dimana jarak antar hunian keluarga tergolong jauh. Pengobatan massal dilakukan dengan cara menjemput penduduk dari kediaman masing-masing lalu dikonsentrasikan di satu lokasi.

Johnny membenarkan, wajib mengerahkan tim medis kabupaten pada Minggu (12/6) kendati hari libur. Tidak ada hubungannya mencari popularitas. Ini panggilan nurani. Langkah itu menyangkut keselamatan. Korban jatuh jangan sampai bertambah.

Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, 15 warga positif terinfeksi penyakit malaria falcifarum, tiga di antaranya dirujuk ke RSU Sidikalang. Akhir Mei kemarin, dua warga meninggal.

Dinas Kesehatan Sumut mengirimkan tim survailens dan memberikan bantuan kelambu serta obat-obatan untuk mengantisipasi kejadian luar biasa (KLB) wabah malaria di Dusun Lae Maromas, Desa Lae Luhung, Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi.

Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Candra Syafei SpOG melalui Kepala Seksi Wabah dan Bencana Suhadi, Rabu (15/6), membenarkan kalau daerah itu ditetapkan sebagai KLB malaria.

Laporan terakhir, katanya, dari 104 penderita yang diperiksa ternyata 41 positif menderita malaria falcifarum. "Namun kita belum mendapat informasi adanya kematian akibat wabah ini," sebut Suhadi.

Tim survailens yang diturunkan, sebutnya, akan melakukan survei epidemologi kasus sebenarnya yang terjadi. Tim juga membawa obat dan 50 unit kelambu untuk dibagi-bagikan kepada warga kampung.

Sama seperti Dinas Kesehatan Dairi, Dinkes Sumut juga masih mengaku bingung untuk memastikan apakah sudah terjadi mutasi gen malaria. Soalnya, menurut kebiasaan nyamuk anopeles penyebab malaria hidup di kawasan air payau.

"Kita belum bisa memastikan apakah ada perubahan pola nyamuk anopeles yang menyebabkan malaria apakah sudah bisa hidup di kawasan air tawar. Biasanya, nyamuk itu hidup di kawasan air payau. Kita tidak tahu persis, karena kita tidak memiliki ahli soal nyamuk tersebut. Jika memang diperlukan kita akan meminta bantuan Kemenkes," ucap Suhadi.

Sementara, Konsulta Penyakit Tropik Indonesia Dr dr Umar Zein DTM&H SpPD menyatakan, walaupun Dairi termasuk kawasan perbukitan yang jauh di atas permukaan laut, namun kawasan itu bisa saja terjangkit malaria. "Karena, daerah itu berbatasan dengan Aceh Selatan dan Aceh Tenggara yang endemis malaria. Saya tahu daerah itu, karena pernah bertugas di Kutacane 1995-1996 dan menangani malaria," ucap Umar.

Menurutnya, apa yang dilakukan Dinkes Sumut menurunkan tim survailens ke sana sudah tepat. "Tapi, lebih bagus lagi kalau tim yang diturunkan terpadu dari lintas sektoral. Harapannya, masalah ini bisa cepat diatasi," ucapnya seraya mengaku siap jika memang dibutuhkan tenaganya termasuk jika harus bekerjasama dengan universitas di tempatnya mengabdi. (ssr/nai)

www.analisadaily.com

Disiarkan di harian Analisa edisi kamis tgl 15/6/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar